Dari 17 orang yang dirawat, mereka mengalami luka-luka akibat lemparan batu dan sesak napas akibat tembakan gas air mata. Para korban dilarikan ke RSUD Ibnu Sina Gresik, RS Petro Kimia Gresik, dan RS Semen Gresik. Adhitya menyatakan bahwa semua suporter yang dirawat dinyatakan sebagai pasien rawat jalan karena tidak ada cedera serius, hanya masalah pernapasan.
Polres Gresik juga akan membantu tim Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Jawa Timur untuk memantau perkembangan kondisi suporter yang sudah kembali ke rumah. Sementara itu, dari 10 anggota polisi yang dilarikan ke rumah sakit, lima orang sudah diperbolehkan pulang, sedangkan lima lainnya masih dirawat karena mengalami luka fisik di bagian kepala akibat lemparan batu.
Adhitya menjelaskan bahwa penembakan gas air mata dilakukan sesuai prosedur karena massa suporter tidak dapat dikendalikan. Ia menyatakan bahwa anggotanya telah berupaya meredam amarah suporter selama hampir satu jam sebelum mengambil tindakan tegas untuk membubarkan massa.
Kericuhan terjadi setelah pertandingan Liga 2 yang berakhir dengan skor 1-2 untuk kemenangan Deltras Sidoarjo, dan dipicu oleh kekecewaan suporter Gresik United atas hasil pertandingan. Setelah pertandingan, ratusan hingga ribuan suporter ingin menemui manajemen klub, namun permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi, yang kemudian memicu ketegangan dan bentrokan.