?Ç£Ayah aku ranking dua lho di kelas. Nilai-nilaiku naik semua. Koq Ayah cuek sih??Ç¥ rajuk Anak Gadis dalam sebuah kesempatan.
Saya mengucapkan selamat. Tapi ya, biasa saja.
?Ç£Ayah kenapa koq gak pernah melihat raporku??Ç¥.
Sambil tersenyum, saya jawab. ?Ç£Ayah tahu dirimu lebih baik dari angka-angka di dalam rapor itu. Pun, Ayah tahu lebih detail dirimu daripada penilaian wali kelas yang ditulis di rapor itu. Jadi buat apa Ayah baca lagi. Wong tiap hari Ayah sama kamu,?Ç¥ saya jawab dengan sedikit guyon.
Tidak hanya kepada Anak Gadis, sikap yang sama juga saya lakukan kepada Anak Lanang, kakaknya. Saat dulu masih sekolah dan kuliah. Tidak pernah saya menanyakan nilai akademiknya. Pun, waktu itu, saat dia akan memilih tempat kuliah. Tidak pernah mengarahkan, apalagi menyuruh. Tetapi jika dia bertanya tempat kampus atau program studi A atau B, saya dengan senang hati menjelaskannya. Tentu dalam perspektif subjektif saya.
Sumber asli: https://surabayaonline.co/2023/08/11/ayah-yang-tak-pernah-melihat-rapor-anaknya/