Danis menjelaskan bahwa dalam konferensi tersebut akan ada 34 narasumber yang akan membahas upaya ASEAN dalam mengembangkan kawasan blue economy. Potensi kelautan di ASEAN sangat besar, namun belum tergarap secara maksimal. Oleh karena itu, pemikiran dari insinyur ASEAN diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan secara regional.
Selain itu, isu green energy juga akan menjadi fokus pembahasan. "Kita mengalami sebuah masa di mana harus menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT), dan akan ada banyak ide dari insinyur," ujarnya.
Sebelumnya, pihaknya telah bertemu dengan Menteri Kelautan dan Perikanan untuk membahas upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya laut di kawasan ASEAN. Danis menekankan pentingnya fokus pada green energy sebagai isu terkini, mengingat berbagai faktor seperti efek rumah kaca dan pemanasan global, serta upaya untuk mengurangi emisi karbon.
Pembahasan mengenai blue economy berangkat dari potensi maritim dan kelautan Indonesia yang perlu dikelola dengan serius untuk pengembangan ekonomi. Danis yakin bahwa negara-negara ASEAN, dengan laut yang luas, memiliki potensi untuk mengembangkan ekonominya. Dalam konteks Indonesia, Kementerian KKP telah menyiapkan lima langkah strategis untuk mengembangkan ekonomi biru, termasuk pengembangan kawasan konservasi, penangkapan ikan yang terukur, dan pengembangan budidaya ikan yang berkelanjutan.
Sebelum konferensi, akan diadakan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PII yang diikuti oleh 450 insinyur. Konferensi diharapkan dihadiri oleh sekitar 800 insinyur dari luar negeri dan 400 insinyur dari Indonesia yang telah melakukan registrasi. (Citta Maya/Bali Post)
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/11/20/374395/Bahas-Ekonomi-Biru-dan-Energi...html