Muhadjir menjelaskan bahwa Indonesia saat ini tengah menghadapi bonus demografi, di mana jumlah penduduk angkatan kerja berada pada titik tertinggi. Namun, tantangannya adalah dunia industri dan kerja tidak dapat menampung seluruh angkatan kerja. Oleh karena itu, pemerintah fokus menyiapkan tenaga kerja yang berdaya saing dan siap memasuki dunia kerja, serta mendorong wirausaha. Salah satu langkah konkret pemerintah adalah melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
Ia juga menambahkan bahwa jumlah lulusan pendidikan vokasi di Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan formasi di industri besar, sehingga pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kompetensi berwirausaha dan pemagangan di UMKM.
Prof. Dr. Thomas Kohler menyampaikan bahwa Pemerintah Jerman juga berupaya menyiapkan pendidikan dan pelatihan vokasi untuk generasi muda, termasuk membentuk mereka menjadi entrepreneur dan memberikan literasi digital. Kohler menekankan pentingnya tidak hanya fokus pada pendidikan dan pelatihan vokasi, tetapi juga menciptakan generasi muda yang mandiri dan mampu membuka usaha rintisan, termasuk industri startup.
Selain audiensi dengan Menko PMK, Prof. Kohler juga akan bertemu dengan Tim Nasional Koordinasi Vokasi (TKNV) untuk mendengar ide dan aspirasi mengenai pengembangan vokasi di Indonesia. Ia juga dijadwalkan untuk bertemu dengan beberapa rektor perguruan tinggi di Jawa Timur dan mengunjungi center of excellence Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam audiensi ini, Menko PMK didampingi oleh Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama serta Asdep Dikvoti.