Blue carbon ecosystem (ekosistem karbon biru) merujuk pada ekosistem laut seperti hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang. Ekosistem karbon biru memiliki peran penting dalam penyerapan dan penyimpanan karbon dalam jangka panjang, sehingga membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
Selain itu, ekosistem karbon biru juga berperan dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati laut serta melindungi wilayah pesisir dari dampak badai dan abrasi. Di samping manfaat lingkungan, ekosistem karbon biru juga memiliki potensi besar untuk menjadi peluang bisnis berkelanjutan.
Bisnis berkelanjutan adalah pendekatan yang bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi yang seimbang dengan memperhatikan kesejahteraan sosial dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Contoh peluang bisnis berkelanjutan yang memanfaatkan ekosistem karbon biru antara lain industri perikanan dan akuakultur, wisata bahari, serta perusahaan energi yang mengembangkan sumber energi baru terbarukan.
Ekosistem karbon biru, jika dikelola secara berkelanjutan, dapat mendukung kegiatan perikanan dan akuakultur. Ekosistem ini menyediakan habitat dan tempat berlindung bagi berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya, yang merupakan sumber daya penting dengan nilai ekonomi tinggi dalam industri perikanan dan akuakultur.
Hutan mangrove yang dikelola dengan memperhatikan pelestarian alam dan budaya lokal memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata menarik. Wisatawan dapat menikmati keindahan dan keberagaman ekosistem pesisir serta mendapatkan edukasi tentang peran ekosistem karbon biru dalam mitigasi perubahan iklim.
Ekosistem terumbu karang dan padang lamun yang sehat juga memiliki potensi sebagai daya tarik wisata bawah air yang dapat menarik wisatawan domestik dan internasional. Pemanfaatan ekosistem karbon biru sebagai peluang bisnis berkelanjutan memerlukan kemitraan kolaboratif antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, pelaku bisnis, akademisi, dan masyarakat.
Pemerintah sebagai regulator perlu bekerja sama dengan akademisi dan organisasi non-pemerintah untuk melakukan kajian tentang pemanfaatan ekosistem karbon biru untuk bisnis berkelanjutan. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun regulasi yang mengatur tata kelola dan pemanfaatan ekosistem karbon biru.
Pelaku bisnis berperan sebagai investor dalam pengembangan bisnis dan praktik berkelanjutan yang memanfaatkan ekosistem karbon biru. Mereka dapat mengalokasikan dana corporate social responsibility (CSR) untuk mendukung aktivitas pemberdayaan masyarakat, konservasi, dan pelestarian kawasan pesisir.
Kerja sama antara pelaku bisnis, akademisi, dan organisasi non-pemerintah juga penting untuk melakukan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat pesisir tentang pemanfaatan ekosistem karbon biru secara berkelanjutan. Hal ini dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat pesisir dan pemerintah.
Pemanfaatan ekosistem karbon biru untuk bisnis berkelanjutan dapat mendorong pengembangan infrastruktur pesisir, seperti pelabuhan, dermaga, dan fasilitas penyimpanan serta pengolahan ikan. Ini akan memudahkan nelayan dalam meningkatkan produksi dan distribusi hasil tangkapan mereka.
Selain itu, pemanfaatan ekosistem karbon biru juga dapat menciptakan peluang kerja di sektor pariwisata bahari, perikanan, pengelolaan tambak, dan industri terkait lainnya, yang akan membantu mengurangi tingkat pengangguran di komunitas nelayan dan wilayah pesisir.
Dengan demikian, pemanfaatan ekosistem karbon biru untuk bisnis berkelanjutan dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Hal ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan memperkuat perekonomian lokal.
Penulis adalah Mahasiswa Program Doktor Ilmu Akuntansi FEB Universitas Udayana.
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/10/02/365324/Blue-Carbon-Ecosystem-Peluang-Bisnis...html