Gatot menjelaskan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan banjir di daerah tersebut antara lain normalisasi sungai yang belum maksimal, penumpukan sampah di aliran sungai, dan adanya bangunan rumah di bantaran sungai yang membahayakan penduduk. "Ini menjadi pekerjaan rumah di hampir semua sungai yang ada di Jatim," tuturnya.
Selain itu, BPBD Jatim juga memperhatikan dampak kebakaran hutan dan lahan di beberapa gunung, termasuk di kawasan Gunung Arjuno. Gatot menekankan pentingnya membersihkan ranting-ranting bekas kebakaran hutan dan lahan, karena jika terjadi banjir, ranting tersebut dapat terbawa arus dan mengancam rumah-rumah penduduk.
BPBD Jatim telah mengimbau untuk melakukan pembersihan ranting di daerah dataran tinggi serta saluran untuk mencegah terjadinya banjir. "Perlu penguatan drainase dan pengecekan seluruh sarana prasarana dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi," tambahnya.
Gatot juga menyatakan bahwa BPBD kabupaten/kota wajib memantau timbunan sampah di hulu dan hilir sungai, serta perlu ada rambu jalur evakuasi untuk mengantisipasi banjir yang mungkin terjadi sewaktu-waktu. Selain itu, BPBD Jatim sedang melakukan pemetaan daerah aliran sungai (DAS) besar yang berpotensi meluap dan menyebabkan banjir.
Sementara itu, Teguh Tri Susanto, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda, menyatakan bahwa masa peralihan musim akan terjadi pada awal hingga pertengahan November 2023. Ia memperkirakan bahwa awal musim penghujan akan mundur 2-3 dasarian, dengan hujan baru mulai turun di beberapa daerah pada dasarian kedua November hingga Desember.
Sumber asli: https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2023/bpbd-jatim-mulai-petakan-wilayah-rawan-banjir-jelang-musim-hujan/