Kepala BPBD Sulsel, Amson Padolo, menyampaikan langkah ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden pada Rakorsus kebencanaan. Pengetahuan dasar mitigasi dianggap penting karena kepanikan saat bencana sering timbul akibat minimnya edukasi. Setiap fasilitas umum juga diimbau memiliki instrumen kedaruratan seperti jalur evakuasi.
Kabid Kedaruratan dan Logistik, Amran Aminuddin, memaparkan bahwa pada tahun 2022 terjadi 826 bencana di Sulsel, berdampak pada lebih dari 30.000 jiwa, dan menelan 45 korban jiwa. BPBD telah mengalokasikan Rp1,6 miliar untuk logistik kebencanaan.
Pelatihan guru dan kewajiban peta bencana di tiap daerah juga dinilai penting. Berdasarkan peta bencana 2023, wilayah-wilayah di Sulsel menghadapi potensi:
Banjir: Makassar, Wajo, Luwu Utara, Barru, Pangkep, Luwu, Bone
Tanah longsor: Tana Toraja, Toraja Utara, Gowa, Maros, Enrekang, Bone, Luwu
Gelombang abrasi: Selayar, Takalar, Bulukumba, Pangkep, Barru, Parepare, Jeneponto
Puting beliung: Selayar, Takalar, Makassar, Maros, Wajo, Luwu Timur
Kekeringan: Jeneponto, Selayar, Bone, Luwu Utara, Luwu Timur
Upaya ini menjadikan Sulsel sebagai pelopor penerapan mitigasi bencana dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.
Sumber asli: https://sindomakassar.com/read/news/909/bpbd-sulsel-dorong-mitigasi-bencana-jadi-muatan-lokal-di-sekolah-1678356180