Pantulan sinar yang menari-nari seperti ujung lilin itu masuk melalui sela kain jendela, lalu sampai ke kacamata bulat di wajah Haji Rasul yang sedang terduduk di atas bangku kayu.
Matanya terpejam. Jarinya menggulirkan biji tasbih satu persatu, mulutnya berkomat-kamit. Dia menunggu masa depannya. Dengan hampir tak sabar.
Tiba-tiba pintu kayu kamarnya berderit. Sebuah kapalo mancogok dari dalam.
Sumber asli: https://suaramedannews.com/buya-hamka-sebuah-novel-biografi-menggendong-masa-depan/