Dialektika Gombal Mukiyo

Wilayah
Jawa Timur
Kategori
Tanpa Kategori
Penulis
Andy Setiawan
Tanggal
2024-03-26
Views
0
Hadi Prasetya, seorang pengamat sosial-politik, dalam artikelnya menyoroti dialektika politik "gombal mukiyo" yang ia artikan sebagai komunikasi penuh kepalsuan dalam arena politik Indonesia pasca-pemilu. Ia berpendapat bahwa substansi dialektika ini seringkali berisi hal-hal yang kontradiktif, di mana pihak-pihak yang tadinya berlawanan bisa berubah menjadi mitra koalisi dan sebaliknya, semata-mata demi kekuasaan.

Prasetya juga menyoroti bahwa dukungan riil terhadap rezim pemenang pemilu sesungguhnya relatif kecil secara keanggotaan partai, jauh lebih sedikit dibanding total Daftar Pemilih Tetap (DPT). Mayoritas pemilih atau "silent majority" dan "swing voters" (yang cenderung berpendidikan rendah dan memiliki pendapatan pas-pasan) menjadi penentu kemenangan. Kelompok ini, menurutnya, rentan terhadap bantuan sosial (bansos) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT), yang kemudian menjadi alat bagi penguasa untuk memelihara dukungan. Oleh karena itu, narasi besar penguasa yang dikemas dalam diplomasi politik hipokrit dan "akrobat legalistik" seringkali berhadapan dengan ketidakpedulian atau bahkan ketidakpercayaan dari masyarakat mayoritas yang disebutnya sebagai "gombal mukiyo". Ia pesimis bahwa perubahan akan terjadi dalam waktu dekat, karena ada "penguasa gelap" di balik penguasa resmi yang menikmati memanfaatkan kelemahan dan kebodohan masyarakat.

Sumber asli: https://surabayaonline.co/2024/03/26/dialektika-gombal-mukiyo/

Tags: partai orang politik pemilu dpt