Dialog Merah Putih Bali Era Baru: Petani Muda Bali Perlu Bergabung Garap Ketahanan Pangan

Wilayah
Bali
Kategori
Pertanian
Penulis
Tidak diketahui
Tanggal
2023-10-05
Views
0
Keindahan alam, kehidupan sosial, dan budaya Bali, serta potensi yang dimiliki, mendorong laju pembangunan yang semakin meningkat. Namun, alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan non-pertanian menjadi perhatian, terutama karena banyak anak muda Bali yang tidak menekuni sektor pertanian. Hal ini menyebabkan banyak lahan yang sebenarnya produktif tidak digarap secara maksimal. Pj. Gubernur Bali, Mahendra Jaya, menekankan perlunya kerja keras dan strategi untuk meningkatkan ketahanan pangan di Bali.

Dalam Dialog Merah Putih yang berlangsung pada Rabu, 4 Oktober, Dr. Nengah Muliarta, akademisi pertanian dari Universitas Warmadewa, menjelaskan pentingnya memahami tanah pertanian produktif. Ia menyatakan bahwa selama ini, lahan basah atau sawah lebih banyak dimanfaatkan, sementara lahan tegalan atau kering sering kali hanya digunakan sebagai cadangan. Hasil survei pada 2018 menunjukkan bahwa hampir 76% petani adalah petani penggarap, bukan pemilik lahan, dengan rata-rata kepemilikan lahan hanya 0,5 hektar.

Akademisi Dwijendra, Pande Made Ari Ananta Paramarta, S.P., M.Agb., menambahkan bahwa populasi petani muda perlu ditingkatkan, karena sebagian besar petani saat ini adalah lansia. Sekitar 80% petani berusia di atas 60 tahun, dan banyak generasi muda yang beralih ke sektor non-pertanian seperti pariwisata dan perbankan. Ia menekankan pentingnya mengubah mindset generasi muda agar tertarik pada sektor pertanian, yang sebenarnya memiliki peluang tinggi.

Ketua REI Bali, Gede Suardita, mengungkapkan bahwa anggota DPD REI melakukan pembangunan di lahan yang sesuai untuk perumahan. Namun, ada pengusaha yang tidak mematuhi peraturan. Ia menekankan pentingnya izin perumahan yang dikeluarkan bagi pengusaha yang fokus pada pengembangan perumahan, dan mengingatkan bahwa oknum di pemerintahan terkadang bermain mata dalam proses pengajuan izin.

Dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, backlog perumahan di Bali mencapai 15.000 unit, sementara REI hanya mampu membangun 5.000 unit. Untuk menghindari alih fungsi lahan pertanian yang semakin massif, REI telah mengusulkan pembangunan hunian vertikal, agar lahan pertanian tetap terjaga.

Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/10/05/366034/Petani-Muda-Bali-Perlu-Bergabung...html

Tags: sektor pertanian lahan bali produktif