Dalam orasinya, Dr. Carina menyebut bahwa saat ini dunia sedang berupaya keras untuk menekan perkembangan penyakit menular, seperti COVID-19. Para peneliti telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi tantangan tersebut, salah satunya melalui pengembangan vaksin.
**Manfaatkan AI**
Penelitian dan pengembangan vaksin telah banyak berevolusi, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI). Dr. Carina menjelaskan bahwa AI, khususnya Machine Learning, telah memberikan dampak signifikan dan mampu menjawab hambatan dalam pengembangan vaksin tradisional.
"AI, khususnya Machine Learning, memiliki kemampuan untuk menganalisis data sel yang luas, menelusuri informasi genetik untuk mengidentifikasi target vaksin potensial, determinan, antigen, dan juga kandidat vaksin," ungkap Dr. Carina dalam orasi ilmiahnya yang berlangsung di Auditorium Garuda Mukti Kampus MERR-C UNAIR.
Menurut Dr. Carina, algoritma dalam Machine Learning akan memproses data genetik secara cepat dan efisien. Kecepatan ini akan menyederhanakan tahap awal desain vaksin dan mempercepat pergerakan identifikasi target potensial hingga pengembangan vaksin yang sebenarnya.
"Volume besar dari data genetik yang terkait patogen vektor dan variasi antar strain dapat terproses secara efisien oleh algoritma Machine Learning. Kemampuan analisis data AI secara signifikan akan mempercepat identifikasi target antigen untuk pengembangan vaksin," jelasnya.
Kecepatan dan efisiensi dari pemanfaatan AI menjadi sangat krusial ketika dunia terancam oleh pandemi dan patogen baru yang terus bermunculan. Dengan demikian, Dr. Carina menekankan pentingnya pengembangan dan penyebaran vaksin secara cepat untuk mempersempit masa-masa kritis saat pandemi.
**Kemampuan Prediksi**
Selain memproses data, Dr. Carina juga menyampaikan bahwa algoritma Machine Learning bermanfaat untuk memprediksi efek samping potensial dari kandidat vaksin. Dengan menggunakan pendekatan ini, kualitas keseluruhan proses pengembangan vaksin akan lebih terjamin.
"Desain vaksin yang memanfaatkan pemodelan prediktif memungkinkan peneliti untuk mengevaluasi potensi efektivitas kandidat vaksin dengan lebih cepat. Model prediktif dihasilkan berdasarkan berbagai input data dari informasi genetik hingga mekanisme pengembangan vaksin," tutur Dr. Carina.
Lebih lanjut, Dr. Carina mengungkap bahwa teknologi AI telah menjadi elemen integral dalam persiapan menghadapi pandemi. Adopsi desain vaksin dengan memanfaatkan AI memiliki daya analisis luar biasa dan memungkinkan pengembangan vaksin yang sesuai dengan patogen baru.
"Kemampuan AI dalam menciptakan molekul prediktif dan vaksin yang terpersonalisasi nantinya dapat membuka pintu menuju era baru imunisasi yang lebih terfokus dan sesuai dengan kebutuhan individu," ungkap Dr. Carina.
"Pendekatan yang berbasis data dan pemodelan prediktif oleh AI tidak hanya mengingatkan kita untuk merespons pandemi yang sedang berlangsung, tetapi juga memungkinkan prediksi potensi pandemi di masa depan meskipun masih menemui beberapa tantangan," simpulnya.
Sumber asli: https://radarbangsa.co.id/dr-carina-ungkap-potensi-ai-saat-hadiri-sidang-dies-natalis-ke-69-unair/