Tradisi ogoh-ogoh yang awalnya sebagai media spiritual untuk menetralisir energi negatif dalam ritual Pangrupukan jelang Nyepi kini mengalami pergeseran makna, lebih menonjol sebagai ajang kontestasi seni dan hiburan. I Gusti Ketut Widana menyoroti bahwa kreativitas seni ogoh-ogoh memang patut diapresiasi, namun praktiknya kini dibumbui kapitalisasi dan hedonisme, dengan biaya fantastis hingga puluhan miliar rupiah setiap tahun. Ironisnya, di balik parade megah ini terselip masalah seperti konsumsi miras, musik keras, hingga bentrokan antar pemuda yang justru mencederai nilai sakralnya. Widana pun mempertanyakan, siapa sebenarnya wujud bhutakala itu—ogoh-ogohnya, atau justru para pengaraknya yang kehilangan kendali?
Sumber asli:
https://www.balipost.com/news/2024/03/26/393413/Ekses-Ogoh-ogoh-Pembiaran-dan-Pembenaran.html