Dalam kunjungannya pada KTT ASEAN ke-43, PM Malaysia Anwar Ibrahim memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyampaikan undangan kepada beberapa pemimpin Islam berpengaruh di Indonesia. Di antara yang diundang adalah Gubernur Khofifah yang menjabat Ketua PP Muslimat NU.
Pertemuan tersebut menyediakan platform berdiskusi mengenai berbagai aspek mengenai kemajuan Islam dalam lanskap global saat ini. Hadirin terkemuka antara lain mantan Ketua PP Muhammadiyah Muhammad Sirajuddin Syamsuddin.
Sepanjang pertemuan ini, topik-topik seperti perkembangan Islam dan potensi dampaknya di seluruh dunia dibahas secara ekstensif oleh seluruh peserta.
Mengawali pertemuan, PM Anwar Ibrahim menyampaikan upayanya mengoptimalkan penerapan ajaran Ahlussunnah wal jama?ÇÖah sesuai Madzhab Syafi?ÇÖi di Malaysia. Beliau berusaha untuk meningkatkan proses ini dengan memasukkan studi Arbain Nawawy ke dalam kurikulum Sekolah, memastikan bahwa ajaran Islam sebagai Rahmatan lil Alamin ditanamkan secara efektif sejak usia muda.
?Ç£Jadi ada hal-hal yang menurut saya sangat berseiring dengan apa yang menjadi prinsip dasar metodologi pemahaman keagamaan yang diajarkan?á?á NU dan tentu Muslimat NU serta kaum sunni di dunia .?á Dan itulah yang beliau lakukan saat ini,?Ç¥ kata Anwar.
Dalam perbincangan tersebut disebutkan bahwa Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim aktif menerapkan konsep Madani. Konsep ini menjadi salah satu topik yang dibahas, dan Khofifah mengungkapkan apresiasi atas penerapannya. Ia meyakini konsep ini merupakan wujud bagaimana prinsip-prinsip Islam, khususnya perspektif wasthatiyah, dipraktikkan. Hal ini sebagai landasan untuk mengedepankan nilai-nilai dan cita-cita ahlussunnah wal jamaah.
?Ç£Konsep?á madani yang beliau kembangkan di Malaysia adalah bentuk penerapan perspektif Washatiyah. Islam Wasthatiyah bersikap adil dan tidak memihak. Islam Wasthatiyah bersikap terbuka bijak kepada sesama,?Ç¥ kata Khofifah.
Khofifah menjelaskan, perspektif ini menekankan pentingnya nilai-nilai keadilan dan hidup harmonis dalam masyarakat yang beragam dan terus berkembang. Untuk mencapai hal ini, penting untuk membangun hubungan yang lebih dekat dan lebih luas antara individu (disebut sebagai ?Ç£privat ke swasta?Ç¥ atau ?Ç£p to p?Ç¥) serta antar pemerintah (dikenal sebagai ?Ç£pemerintah ke pemerintah?Ç¥ atau ?Ç£g to G?Ç¥).
Lebih lanjut, Khofifah menganut konsep peradaban karena sejalan dengan empat pilar ahlussunah wal jamaah yang menjadi prinsip dasar Jam?ÇÖiyah Nahdlatul Ulama atau dikenal juga dengan mabadi khoiro ummah. Pilar-pilar tersebut antara lain tawasuth (moderasi), tasamuh (toleransi), tawazun (keseimbangan), dan al i?ÇÖtidal (keadilan).
Ke depan, Khofifah membayangkan penerapan konsep peradaban PM Anwar Ibrahim untuk meningkatkan kesejahteraan individu dalam masyarakat dan lingkungan eksternal secara keseluruhan. Dengan demikian, kekhawatiran mengenai disintegrasi nasional dapat diatasi dan dicegah secara efektif.