"Persatuan dan kesatuan bangsa di atas segalanya. Jangan sampai fanatisme terhadap sebuah pilihan membuat bangsa ini terpecah belah. Santri harus menjadi pionir perdamaian," ungkap Khofifah. Ia mengingatkan bahwa santri memiliki sejarah dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan harus terus merefleksikan nilai-nilai perjuangan tersebut dalam konteks kekinian.
Khofifah percaya bahwa dengan intelektualitas dan pemahaman keagamaan yang luas, santri dapat mencegah perpecahan akibat pemilu 2024 dan menjaga perdamaian demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Ia juga menekankan pentingnya santri untuk berpartisipasi dalam memastikan seluruh tahapan pemilu berlangsung dengan jujur, adil, dan damai.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah menjelaskan bahwa peringatan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober tidak terlepas dari Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) yang dicetuskan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1945. Resolusi Jihad merupakan bentuk perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah dan membakar semangat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Khofifah juga menyoroti pentingnya santri untuk peka terhadap situasi zaman, di mana perang saat ini tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga mencakup aspek ekonomi, teknologi, dan budaya. Ia mengajak santri untuk beradaptasi dengan perubahan agar dapat bersaing di era globalisasi.
"Santri telah membuktikan diri mampu berkontribusi di berbagai bidang kehidupan, tidak hanya dalam religiusitas. Anggapan bahwa santri itu tradisional dan ketinggalan zaman mulai memudar," tambahnya. Khofifah mengingatkan agar santri tetap memegang teguh etika dan moralitas saat berinteraksi dengan masyarakat, karena ciri ini menjadi keunggulan yang tidak dimiliki oleh individu lain.
Sumber asli: https://radarbangsa.co.id/gubernur-khofifah-dorong-santri-ambil-peran-cegah-perpecahan-akibat-suksesi-2024/