Dr. Ir. David Hermawan, M.P., IPM, ahli pertanian dari Universitas Muhammadiyah Malang, menyoroti bahwa produksi beras di Jatim tidak hanya untuk konsumsi lokal, tetapi juga untuk daerah lain, termasuk luar Jawa. Ia menyebutkan bahwa faktor supply and demand berperan besar dalam situasi ini, terutama setelah India menutup ekspor beras, yang berdampak pada pasar global.
David juga mencatat kenaikan biaya produksi, termasuk harga pupuk, yang berkontribusi pada kenaikan harga beras. Ia memperkirakan harga beras bisa naik hingga 50 persen pada medio Oktober. Untuk mengatasi masalah ini, ia meminta agar Bulog berperan sebagai penyangga stok dengan membeli beras dari petani pada harga yang menguntungkan dan menjualnya dengan harga yang lebih terjangkau.
David menekankan pentingnya membangun sistem pangan yang solid dan memilih menteri pertanian yang kompeten. Ia memperingatkan bahwa jika masalah ini tidak segera ditangani, Indonesia bisa menghadapi stagflasi yang berpotensi menyebabkan krisis multidimensi.