Djoko menegaskan bahwa sentimen internasional yang seolah-olah mengindikasikan penurunan kebutuhan nikel adalah tidak tepat. Meskipun kebutuhan nikel untuk baja nirkarat (stainless steel) akan tetap mendominasi dengan estimasi 1,9 juta ton, pertumbuhan terbesar justru berasal dari sektor EV. Kebutuhan nikel untuk bahan baku baterai EV diperkirakan akan meningkat drastis dari 163.000 ton pada 2019 menjadi 1,22 juta ton pada 2040.
Secara keseluruhan, pada tahun 2040, 48% kebutuhan nikel dunia akan digunakan untuk baja nirkarat, 30% untuk baterai, dan sisanya untuk berbagai aplikasi lain seperti pengecoran, baja paduan, pelapisan, dan paduan nonbesi. Djoko juga menyoroti pertumbuhan pabrik pengolahan berbasis high pressure acid leaching (HPAL) sejak 2021 yang membutuhkan sekitar 115.000 ton nikel per tahun, dan diproyeksikan akan semakin meningkat untuk memenuhi permintaan baterai EV. Ia menambahkan bahwa meskipun cadangan nikel diproyeksikan menurun, Indonesia dengan sumber daya nikel yang besar memiliki posisi kunci dalam memenuhi kebutuhan global ini.
Sumber asli: https://nikel.co.id/2024/03/25/ima-prediksi-kebutuhan-nikel-dunia-capai-4-juta-ton-lebih-di-2040/