ISPA dan Promosi Kesehatan Berbasis Sosial Media

Wilayah
Bali
Kategori
Opini
Penulis
Tidak diketahui
Tanggal
2023-11-11
Views
0
**Oleh Luh Putu Sukmayanti**

Cuaca panas yang berlangsung sejak beberapa bulan terakhir mengakibatkan banyak warga mengalami daya tahan tubuh yang lemah. Salah satu penyakit yang diderita adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), yang menyerang sistem pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura, yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa dampak polusi udara di Indonesia berhubungan dengan peningkatan jumlah kasus ISPA. Dari tahun 2021 hingga 2023, kasus ISPA terus meningkat dan sudah menembus 200.000 kasus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, terdapat 638.291 kasus ISPA di Ibu Kota periode Januari hingga Juni 2023.

Di Bali, khususnya di Kabupaten Karangasem, data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem menunjukkan bahwa jumlah kasus ISPA meningkat pada Januari-April 2023 menjadi 12.357 kasus, naik 25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu 9.841 kasus.

Peningkatan kasus ISPA dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang bersih dan faktor cuaca yang berubah-ubah. Perubahan udara dari panas ke dingin seringkali memperlemah daya tahan tubuh, sehingga membuat masyarakat lebih rentan terhadap penyakit ini. ISPA dapat dialami oleh semua usia, mulai dari balita hingga orang dewasa.

Secara umum, pemicu virus ISPA adalah virus rhinovirus (yang dapat menyebabkan flu), pneumokokus (yang menyebabkan pneumonia dan meningitis), dan adenovirus (yang dapat menyebabkan bronkitis, pneumonia, dan flu). Bakteri yang dapat menyebabkan ISPA meliputi streptococcus, haemophilus, staphylococcus aureus, klebsiella pneumoniae, mycoplasma pneumoniae, dan chlamydia.

Penyakit ini sering muncul pada musim pancaroba akibat sirkulasi virus di udara yang meningkat. Selain itu, perubahan udara dari panas ke dingin juga dapat memperlemah daya tahan tubuh, sehingga masyarakat lebih rentan mengalami penyakit ini. Meskipun ISPA dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus, bukan berarti penyakit ini dapat diabaikan begitu saja.

Selain virus, terdapat faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ISPA, yaitu faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan dapat disebabkan oleh pencemaran udara di dalam rumah, seperti asap rokok, asap dari dapur akibat memasak dengan kayu bakar, penggunaan obat nyamuk di dalam rumah, serta kebiasaan membakar sampah sembarangan.

ISPA dapat menimbulkan berbagai gejala, sehingga cara yang pasti untuk mendiagnosisnya adalah dengan memeriksakan diri ke dokter. Namun, penyakit ini biasanya menimbulkan gejala seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri menelan, gejala sinusitis (hidung beringus, demam, dan wajah terasa nyeri), pilek, nyeri kepala, dan kesulitan bernapas.

Promosi kesehatan yang dapat dilakukan meliputi edukasi melalui video tentang upaya pencegahan ISPA, seperti mencuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum, menghindari menyentuh wajah, dan menggunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut saat bersin atau batuk agar penyakit tidak menyebar.

Selain itu, penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya vitamin, terutama vitamin C, untuk meningkatkan daya tahan tubuh, serta membersihkan rumah dan lingkungan sekitar secara rutin. Jika Anda merokok, hentikan kebiasaan tersebut, dan lakukan olahraga secara teratur untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Beberapa penanganan yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah untuk meredakan gejala ISPA antara lain memperbanyak istirahat, mengonsumsi air putih dan air hangat untuk mengencerkan dahak, serta mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu untuk meredakan batuk. Berkumur dengan air hangat yang diberi garam dapat membantu jika mengalami sakit tenggorokan. Menghirup uap dari semangkuk air panas yang dicampur dengan minyak kayu putih atau mentol juga dapat meredakan hidung tersumbat. Memposisikan kepala lebih tinggi saat tidur dengan menggunakan bantal dapat membantu melancarkan sistem pernapasan.

Penulis adalah Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/11/11/372940/ISPA-dan-Promosi-Kesehatan-Berbasis...html

Tags: penyakit daya virus ispa tahan