Jalan Terjal Hijrah

Wilayah
Jawa Timur
Kategori
Tanpa Kategori
Penulis
Andy Setiawan
Tanggal
2023-10-05
Views
0
Oleh Anwar Hudijono

Seorang anak milenial menceritakan bahwa setiap kali ia memulai hijrah, masalah selalu muncul, mulai dari kehilangan proyek hingga dibohongi orang. Ia bertanya-tanya apakah harus membatalkan niatnya untuk hijrah. Di sisi lain, seorang ibu berusia 50-an mengalami masalah serupa; saat memulai hijrah, ia menghadapi berbagai cobaan, mulai dari disingkirkan oleh komunitas hingga mengalami kebangkrutan dan sakit.

Banyak kisah hijrah yang serupa, sehingga terkesan bahwa hijrah adalah perjalanan yang penuh tantangan dan risiko. Hijrah dan ujian seolah menjadi dua sisi dari sekeping mata uang. Dalam konteks ini, kisah hijrah di zaman sekarang dapat dipahami melalui perspektif Al-Qur'an, khususnya Surah Ali Imran ayat 133 hingga 136 dan 142.

Hijrah dimulai dengan niat untuk berislam lebih baik, meninggalkan maksiat, dan mulai taat pada syariat serta mengamalkan ibadah sunnah. Dalam QS. Ali Imran 3:133, Allah berfirman, "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa."

Selanjutnya, ayat 134 dan 135 menekankan pentingnya berinfak, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain. "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya..." (QS. Ali Imran 3:135).

Teguh dan konsisten dalam berusaha mencapai tujuan akhir hijrah, yaitu mendapatkan ampunan dari Tuhan dan surga, adalah hal yang sangat penting. "Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai..." (QS. Ali Imran 3:136).

Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, banyak ujian yang harus dilalui. Ujian yang sulit adalah bagian dari proses, mirip dengan ujian yang harus dilalui di setiap jenjang pendidikan. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar?" (QS. Ali Imran 3:142).

Setiap individu yang melakukan hijrah harus melewati tahap ini, yang telah terjadi sejak hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah, hingga hijrah dalam arti kualitatif dari Islam yang kurang menjadi Muslim yang kaffah. Contoh nyata adalah Syuaib Ar Rumi, yang demi hijrah meninggalkan anak, istri, dan harta. Rasulullah pun mengakui keberuntungan Syuaib.

Banyak sahabat yang mengalami rintangan saat hijrah, seperti dicegat, dirampas hartanya, dan mengalami kelaparan. Oleh karena itu, hijrah dianggap sebagai jihad fi sabilillah. "Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di Bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak..." (QS. An-Nisa 4:100).

Akhirnya, perjalanan hijrah akan ditentukan oleh niat dan usaha individu. Apakah perjalanan itu akan maju atau mundur, atau seperti kapal yang berlayar tanpa henti menuju tujuan.

Sumber asli: https://surabayaonline.co/2023/10/05/jalan-terjal-hijrah/

Tags: orang ayat ujian allah hijrah