Sahadewa menguraikan tiga poin utama: pertama, kebudayaan harus bebas dari kepentingan politis; kedua, kebudayaan merupakan ekspresi terdalam dari hati; dan ketiga, kebudayaan harus bersifat fleksibel dan tidak kaku. Ia berargumen bahwa kebudayaan yang sehat dapat melahirkan kreativitas dan keindahan, serta tidak seharusnya dipaksakan.
Penulis juga mencatat bahwa meskipun kebudayaan sering kali tidak terlepas dari kepentingan, kepentingan tersebut seharusnya murni dan tidak memiliki tendensi negatif. Kebudayaan yang tanpa kepentingan dapat menciptakan solidaritas dan empati di antara masyarakat, serta memberikan ruang bagi kreativitas.
Sahadewa menekankan bahwa pendidikan yang baik diperlukan untuk membentuk individu yang luhur, sehingga kebudayaan dapat berkembang tanpa terikat oleh sistem yang membatasi. Ia mengakhiri dengan harapan bahwa kebudayaan dapat terus menunjukkan kemurniannya, meskipun tantangan dari politik dan sistem sosial seperti kasta dapat menguji integritas tersebut.
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/11/10/372767/Kebudayaan-Tanpa-Kepentingan.html