Kemacetan panjang hingga 8 km terjadi di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, mengganggu logistik dan akses ke Bandara Soekarno-Hatta.
Lonjakan truk logistik mencapai 4.000 unit/hari, jauh di atas rata-rata normal 2.500 unit/hari.
DR Capt Marcellus Hakeng dari IKAL Strategic Center menilai kemacetan ini bukan hanya masalah musiman, tetapi sinyal kegentingan sistem logistik nasional.
Masalah utama: manajemen arus masuk yang tidak adaptif, lemahnya regulasi mikro, kurang koordinasi lintas sektor, dan sistem stacking kontainer yang belum akurat.
Sistem digital seperti TOS, autogate, dan gate pass berbasis waktu sudah diterapkan oleh Pelindo, namun belum efektif karena:
Rendahnya kepatuhan operator logistik.
Kurangnya integrasi data antara pelabuhan, truk, dan pengelola lalu lintas.
Aktivitas peti kemas Q1 2025 naik 7,2% jadi 1,88 juta TEUs, mayoritas dari ekspor-impor.
Dibanding negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, Indonesia masih tertinggal dalam infrastruktur dan efisiensi logistik.
Solusi yang disarankan: penerapan sistem pre-booking gate time berbasis data real-time untuk meminimalisasi antrean dan menata arus logistik secara prediktif.