Beberapa langkah mitigasi yang dapat dilakukan meliputi:
1. **Sosialisasi dan Edukasi Masyarakat**
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat lokal tentang bahaya kebakaran lahan, penyebab umum kebakaran, serta cara-cara pencegahan yang efektif. Edukasi ini penting agar masyarakat memahami pentingnya menjaga lahan agar tidak terbakar dan berpartisipasi aktif dalam pencegahan.
2. **Penguatan Sistem Pendeteksian Dini**
Memasang sistem atau teknologi pemantauan yang mampu mendeteksi titik api secara cepat. Teknologi satelit dan drone dapat digunakan untuk pemetaan area rawan kebakaran serta monitoring kondisi lahan secara berkala, sehingga upaya pemadaman bisa segera dilakukan.
3. **Pembentukan Satuan Tugas Darurat Kebakaran**
Menyiapkan dan melatih tim tanggap darurat yang terdiri dari aparat desa, warga masyarakat, dan pihak terkait yang siap bertindak cepat jika terjadi kebakaran. Latihan kebakaran secara berkala penting untuk memastikan kesiapan tim.
4. **Pengelolaan Lahan yang Berkelanjutan**
Melakukan praktik-praktik pengelolaan lahan yang ramah lingkungan seperti pembukaan lahan dengan cara yang tidak membakar, pembuatan sekat bakar (firebreak), dan pemanfaatan vegetasi yang tidak mudah terbakar.
5. **Kolaborasi Antar-Pemangku Kepentingan**
Melibatkan pemerintah daerah, lembaga lingkungan, komunitas lokal, dan akademisi untuk mengembangkan strategi pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan untuk mencegah kebakaran lahan.
Studi dan upaya serupa telah dilakukan di berbagai wilayah di Bali untuk mengatasi masalah kebakaran lahan dan mitigasi perubahan iklim yang berkontribusi pada fenomena ini. Salah satu contohnya adalah penguatan kawasan hijau dan pengembangan taman botani seperti Eka Karya Bedugul yang berfungsi sebagai sumber kesegaran dan mitigasi lingkungan [ojs.unud.ac.id](https://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis/article/view/53447).
Secara umum, mitigasi kebakaran lahan di Nusa Penida sangat bergantung pada peran aktif masyarakat dan sinergi dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan keberlanjutan lingkungan dan perlindungan ekosistem lokal.
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/10/16/368138/Kemarau-Panjang,Potensi-Karhutla-di...html