Kemiskinan Ekstrem

Wilayah
Bali
Kategori
Opini
Penulis
Tidak diketahui
Tanggal
2023-10-09
Views
0
Oleh Marjono

Kemiskinan sering kali kita maknai sebagai kondisi kurangnya sumber daya, buruknya kualitas hidup, atau berada di bawah standar yang diharapkan. Di Indonesia, kemiskinan menjadi isu yang terus berulang setiap tahun, dengan sekitar 25,90 juta orang atau 9,36 persen dari total populasi hidup dalam kondisi miskin. Faktor-faktor yang menyokong kemiskinan ini meliputi pertumbuhan penduduk yang tinggi, pengangguran yang masif, keterbatasan pendidikan, bencana alam, dan distribusi pendapatan yang tidak merata.

Pemerintah dan pemangku kepentingan telah berupaya melakukan pencegahan kemiskinan melalui berbagai program, seperti bantuan instan, pendidikan, pelatihan, dan akses kemudahan lainnya. Namun, kemiskinan tidak hanya dapat diukur dari statistik ekonomi; ia juga mencerminkan kondisi sosial dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai kontraproduktif seperti apatisme, ketergantungan, dan sikap inferior sering kali menjadi penyebab berlanjutnya kemiskinan.

Praktik korupsi juga menjadi salah satu faktor yang memperburuk kondisi ini. Menurut Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2022, Indonesia memperoleh skor 34, peringkat 110 dari 180 negara, yang menunjukkan penurunan dan merupakan skor terendah sejak 2015. Selain itu, fenomena kekerasan terhadap guru dan orang tua, serta kekerasan terhadap perempuan dan anak, menunjukkan kemiskinan nilai yang semakin meluas.

Di sisi lain, maraknya judi online dan penipuan di dunia maya, serta penggunaan narkoba di kalangan remaja, semakin memperburuk situasi. Data menunjukkan bahwa sekitar 4,8 juta penduduk berusia 15-64 tahun pernah menggunakan narkoba pada tahun 2022-2023. Tindak pidana perdagangan orang (TPPO) juga menjadi masalah serius, dengan 757 laporan diterima oleh Satgas TPPO dalam periode tertentu.

Kemiskinan nilai ini juga terlihat dalam politik, di mana janji-janji manis sering kali diucapkan tanpa realisasi yang jelas. Di dunia akademis, dugaan korupsi di perguruan tinggi dan praktik plagiasi oleh tenaga pendidik menunjukkan bahwa kemiskinan nilai merambah ke berbagai sektor.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melakukan autokritik dan berupaya memperbaiki diri. Kesadaran kolektif untuk melawan kemiskinan ekstrem, termasuk kemiskinan nilai, harus menjadi prioritas. Kita tidak perlu hidup mewah atau pamer kekayaan; yang terpenting adalah memiliki nilai-nilai yang bermanfaat bagi masyarakat. Mari kita bersama-sama berjuang untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, dengan saling menghargai dan menghormati, serta berkomitmen untuk membangun persatuan dan kesatuan.

Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/10/09/366778/Kemiskinan-Ekstrem.html

Tags: nilai orang praktik kemiskinan angka