Namun, Saban menilai bahwa pihak kontraktor telah mengabaikan masalah kepulan debu yang beterbangan dan masuk ke rumah-rumah warga. Ia menyatakan, "Banyak sekali debunya, dia terbang masuk dalam rumah," pada Minggu (15/10/2023). Debu yang beterbangan tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga menempel pada makanan dan tumbuhan, serta dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Saban menegaskan bahwa pihak kontraktor seharusnya membasahi jalan yang diperbaiki tidak hanya sekali atau dua kali sehari, tetapi empat kali sehari, terutama di musim kemarau. Ia juga menyebutkan bahwa perbaikan jalan dimulai pada Agustus 2023 dengan anggaran sebesar Rp2,1 miliar dari APBD Muna Barat, dan masa pelaksanaannya selama 90 hari, berakhir pada November 2023.
Beberapa hari lalu, warga bahkan melakukan aksi pemblokiran jalan sebagai bentuk protes terhadap kurangnya penyiraman air. Jika pihak kontraktor tidak serius dalam menangani masalah debu, Saban dan warga lainnya mengancam akan melakukan aksi blokade jalan besar-besaran dan mendesak Pemkab Mubar untuk mengevaluasi perusahaan yang mengerjakan proyek tersebut.
Sementara itu, pihak kontraktor, Firdaus, mengklaim bahwa mereka telah melakukan penyiraman jalan setiap pagi, siang, dan sore. Ia menjelaskan bahwa kondisi kemarau panjang menyebabkan debu menjadi masalah yang sulit dihindari. Firdaus juga menyatakan bahwa pengaspalan akan segera dilakukan dalam waktu dekat dan berharap masyarakat dapat bersabar.