Dia menilai keputusan menghentikan cabor tersebut dengan alasan kemanusiaan, akan tidak bijaksana dan mencederai para atlet yang sudah bersiap sejak lama mengikuti kejuaraan tersebut.
?Ç£Kasian anak-anak khususnya di Sidoarjo aja jumlahnya 12 petinju (yang turut serta), dan yang lain itu yang banyak juga dari Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Probolinggo itu jumlah total anak-anak kami yang ditunjuk (partisipasi) itu 132 orang. Ini menaruh harapan besar sekali ke
event
Porprov ini bisa mengangkat derajat dan prestasi mereka,?Ç¥ jelas Franki waktu mengudara di
Radio Suara Surabaya
, Kamis (14/9/2023).
Franki mengaku menyampaikan hal tersebut tanpa mengurangi rasa hormat dan duka mendalam kepada mendiang, beserta keluarga dari mendiang.
?Ç£Apalagi keluarga (atlet) yang tiada itu sudah mengikhlaskan dan boleh dipertandingkan. Kalau itu diberhentikan, saya pikir ini mencederai anak-anak, hak-hak asasi anak-anak yang harus memperoleh jenjang prestasinya, memperoleh masa depannya,?Ç¥ ucapnya.
Ketua KONI Sidoarjo itu menyebut kalau resiko-resiko dalam kejuaraan olahraga, tidak hanya ada di cabor tinju saja. Untuk itu, seluruh pertandingan cabor harus dipersiapkan betul seperti faktor keamanan, hingga kondisi atlet yang akan bertanding.
?Ç£Apalagi kabarnya, anak ini (atlet meninggal) memang kemarin sempat ada kecelakaan waktu berkendara, tapi tetap main,?Ç¥ ucapnya.
Menurut Franki, seluruh pertandingan di Porprov bisa dilakukan dengan cara mengheningkan cipta terlebih dahulu sebagai bentuk rasa duka. Namun, lanjutnya, beda cerita kalau dilakukan dengan pemberhentian cabor.
Dia menambahkan menjadi petinju tidak hanya bisa dalam waktu lima tahun. Pendidikan dilakukan kepada anak-anak mulai duduk di bangku Sekolah Dasar, serta melalui seleksi, dan Pekan Olahraga Kabupaten.
?Ç£Saya berharap Forkompimda Jatim, mungkin panjenengan nanti bisa mampu dan itu dibicarakan barangkali dengan mungkin KONI Jatim sebagai pelaksana daripada Porprov, harapan kita tidak diberhentikan. Banyak tangisan dan orang tua itu komplain ke kita, buat apa anak-anak mereka bonyok latian setiap hari kalau jadinya seperti ini. Ini keluh resah masyarakat, bukan bentuk tidak berempati. Bayangkan 132 anak dari seluruh Jatim,?Ç¥ pungkasnya.