Setiap hari, Leni berjalan kaki sejauh 14 kilometer untuk mencapai sekolah, melewati hutan sepi tanpa kendaraan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membantu keluarganya, ia bekerja sebagai penjual kelapa muda, menjualnya di pasar dengan harga Rp5.000 per biji. Uang hasil penjualannya digunakan untuk makan dan membantu biaya neneknya yang sakit.
Sayangnya, pendapatan dari menjual kelapa tidak cukup untuk menopang kehidupan mereka. Adik laki-lakinya, Juma, terpaksa putus sekolah dan bekerja sebagai kuli bangunan untuk membantu biaya pendidikan Leni dan adiknya yang lebih kecil, Dewi.
Leni menceritakan bahwa meskipun jarak yang jauh membuatnya sering terlambat, ia tetap berusaha untuk tidak menyerah pada pendidikan. Ia berharap dapat menyelesaikan masa putih abu-abu di SMU Negeri 2 Wangiwangi dan terus berjuang demi masa depan yang lebih baik.