Perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp23,86 triliun, naik 149% dari tahun sebelumnya, serta laba kotor sebesar Rp8,28 triliun (naik 77%). Kontribusi utama berasal dari peningkatan volume penjualan bijih nikel, termasuk dari smelter baru PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) dan lini produksi tambahan dari PT Halmahera Persada Lygend (HPL).
Volume penjualan bijih nikel mencapai 15,38 juta wmt, naik 98%, terdiri dari saprolit 6,30 juta wmt (naik 235%) dan limonit 9,08 juta wmt (naik 54%). Di sisi pengolahan, produksi feronikel melonjak 300% menjadi 101.538 ton, sementara produksi MHP (bahan baku baterai kendaraan listrik) naik 50% menjadi 63.654 ton.
Roy menegaskan, ekspansi ini memperkuat posisi Harita Nickel dalam industri nikel global dan mendukung permintaan tinggi untuk baterai kendaraan listrik. Ia menyebut, fasilitas HPAL kedua dari Obi Nickel Cobalt akan mulai beroperasi tahun ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang perusahaan.
Sumber asli: https://nikel.co.id/2024/04/02/laba-harita-nikel-tumbuh-rp562-triliun-di-tengah-ekonomi-global-tak-menentu/