LaNyalla menyatakan bahwa sudah menjadi kewajiban semua warga negara untuk memastikan pelaksanaan proses demokrasi berjalan dengan baik, dengan indikator sukses pemilu yang mencakup kebebasan warga untuk menentukan pilihan dan adanya ruang bagi peserta pemilu untuk berkompetisi secara adil. Ia menegaskan bahwa Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tidak dapat bekerja sendiri dalam memastikan pemilu berkualitas, mengingat banyaknya tempat pemungutan suara di seluruh Indonesia.
Ia juga mengingatkan agar warga PSHT tidak terpecah belah karena perbedaan pilihan politik dalam pemilu, dan sebaiknya tetap aktif menggunakan hak pilih tanpa terlibat dalam dukung-mendukung secara frontal. LaNyalla mengkritik polarisasi yang terjadi akibat Pemilihan Presiden secara langsung, yang menurutnya tidak cocok untuk Indonesia yang majemuk.
LaNyalla mengajak masyarakat untuk kembali kepada sistem bernegara yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa, yang lebih sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Ia menyerukan kesadaran kolektif untuk menerapkan Demokrasi Pancasila, di mana kedaulatan tetap di tangan rakyat.
Ketua Umum PSHT, Moerdjoko, menambahkan bahwa Deklarasi Pemilu Damai merupakan wujud dari nilai-nilai keberagaman dalam kesatuan. Ia menegaskan bahwa PSHT menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika, serta bersikap netral terhadap partai politik. PSHT memberikan kebebasan kepada warganya untuk berpolitik, baik memilih maupun dipilih, dan mengajak semua pihak untuk menjadikan pemilu damai.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Capres Anies Baswedan, Anggota DPD RI Tamsil Linrung, Pangdam V Brawijaya Mayor Jenderal TNI Farid Makruf, Wakapolda Jatim Brigjen Pol Akhmad Yusep Gunawan, Wali Kota Madiun Maidi, serta Ketua KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Timur.
Sumber asli: https://surabayaonline.co/2023/11/26/lanyalla-psht-tidak-ke-mana-mana-tapi-ada-di-mana-mana/