Maxi menilai di era yang terbuka ini, kemungkinan adanya hoaks terkait berbagai hal, termasuk kesehatan, sangat mudah ditemukan. Untuk itu, Kemenkes terus melakukan upaya dalam memberikan informasi yang baik, tidak hanya dari Kemenkes, tetapi juga dari sejumlah pakar dan peneliti. "Termasuk dukungan dari tokoh seperti Dahlan Iskan yang menulis hal baik soal ini (Wolbachia). Kita ingin setiap orang paham tentang manfaat dari teknologi ini," ujarnya.
Terkait adanya pro dan kontra soal Wolbachia di Bali, dia menyebutkan hal itu diakibatkan oleh sosialisasi yang belum terlaksana dengan baik, sehingga belum seluruh masyarakat di sana terinformasi dengan baik. "Tentu perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus," ucapnya.
Maxi menyatakan penerapan strategi penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) dengan bakteri Wolbachia merupakan salah satu bagian dari upaya pemerintah yang diwujudkan dalam Strategi Nasional (Stranas) Penanggulangan Dengue 2021-2025. Hal tersebut menjadi penting untuk dilakukan mengingat kasus DBD selalu terjadi setiap tahunnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, menyebutkan terdapat 76.449 kasus dengue dengan 571 kematian sejak Januari hingga November 2023, turun dari 143.300 dengan 1.236 kematian pada 2022 lalu. "Sebetulnya, kita sudah bisa menurunkan lebih dari separuh kasus tahun lalu, tetapi angka kematian ini masih cukup tinggi. Sehingga kita perlu membuat atau melakukan inovasi dalam rangka mencegah dan mengendalikan dengue," tutur Imran. (Kmb/Balipost)
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/11/24/375095/Masyarakat-Jangan-Mudah-Percaya-Hoaks...html