Chip pertama, yang dinamakan Maia, dirancang untuk mempercepat tugas komputasi AI dan menjadi dasar bagi layanan "Copilot" yang ditawarkan seharga 30 Dolar AS (sekitar Rp468 ribu) per bulan. Maia dioptimalkan untuk menjalankan model bahasa besar, yang merupakan inti dari layanan Azure OpenAI Microsoft, hasil kolaborasi dengan OpenAI, pembuat ChatGPT.
Microsoft berupaya mengatasi biaya tinggi dalam penyediaan layanan AI, yang bisa mencapai 10 kali lipat dibandingkan layanan tradisional. Scott Guthrie, wakil presiden eksekutif kelompok cloud dan kecerdasan buatan Microsoft, menyatakan bahwa chip Maia akan membantu memberikan solusi yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih terjangkau kepada pelanggan.
Chip kedua, Cobalt, adalah unit pemrosesan pusat (CPU) yang dirancang untuk menghemat biaya internal dan bersaing dengan Amazon Web Services (AWS). Cobalt dibuat dengan teknologi dari Arm Holdings dan telah diuji untuk menggerakkan Microsoft Teams. Guthrie menyatakan bahwa Microsoft juga ingin menjual akses langsung ke Cobalt untuk bersaing dengan chip "Graviton" dari AWS.
Kedua chip ini dibuat dengan teknologi manufaktur 5 nanometer dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. dan akan terhubung menggunakan kabel jaringan Ethernet standar, bukan teknologi jaringan kustom yang lebih mahal. Microsoft berharap dengan langkah ini, mereka dapat lebih bersaing di pasar layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan.
Sumber asli: https://www.suarasurabaya.net/senggang/2023/microsoft-gunakan-chip-khusus-untuk-kecerdasan-buatan/