Associate Professor Irving Chan Johnson, seorang dosen senior NUS dan pegiat budaya Bali, menjelaskan bahwa tari Bali adalah cerminan kehidupan masyarakatnya. "Orang Bali belajar sejarah sejak kecil melalui tarian," ujarnya. Ia menambahkan bahwa setiap gerak dan ritme tarian Bali memiliki makna mendalam, membedakannya dari tari modern seperti balet. Irving sendiri mengelola Sanggar Eka Suara Shanti, sanggar tari Bali pertama dan satu-satunya di Singapura.
Dalam acara tersebut, Dylan, alumnus St Joseph yang kini kuliah di NUS, menampilkan tari Topeng Gajah Mada. Tiga penari senior dari Sanggar Eka Suara Shanti juga membawakan tari Legong. Para siswa di SMA St Joseph Institution juga berkesempatan untuk belajar tari secara singkat.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura, IGAK Satrya Wibawa, menyambut baik program ini. Ia menilai promosi budaya yang dilakukan oleh warga Singapura sendiri memiliki makna yang lebih kuat. "Diplomasi budaya justru akan lebih kuat saat didukung penuh orang yang bukan warga Indonesia," kata Satrya, seraya menambahkan bahwa KBRI Singapura intens berkolaborasi dengan para Indonesianis. Ia percaya peran mereka dapat menetralkan isu negatif dan turut meningkatkan kunjungan wisatawan Singapura ke Indonesia, yang pada Juni 2023 menyumbang 174,4 ribu kunjungan atau 16,41 persen dari total wisatawan mancanegara.
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2024/03/29/394005/Murid-SMA-di-Singapura-Diperkenalkan...html