Bendesa Adat Pura Kawitan, Pura Puri Agung Dalem Tarukan, Bambang Nyoman Oka, mengatakan bahwa pujawali di pura ini jatuh pada Buda Umanis Wuku Perangbakat. Pujawali yang berlangsung setiap enam bulan Bali atau 210 hari sekali ini berlangsung selama lima hari, dengan persiapan yang sudah dilakukan beberapa hari sebelumnya, diawali dengan "nanceb dan macaru".
Dalam puncak pujawali, upacara dipuput oleh Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Pejeng Sanur, Tampaksiring, Ida Begawan, Sri Dukuh, dan dibantu sejumlah Jero Mangku dari Paiketan Jero Mangku seluruh Bali. Dikatakan bahwa pangempon pura ini adalah para Gotra Sentana Dalem Tarukan (PGSDT) se-Kabupaten Gianyar dari tujuh kecamatan, yang secara bergiliran mendapatkan tugas untuk menyukseskan pelaksanaan pujawali ini.
Sementara itu, para pamedek yang tangkil adalah umat dari seluruh Bali. Yang unik dari keberadaan pura ini adalah dibangunnya patung kuda dari kayu. Bendesa Adat Bambang Nyoman Oka menjelaskan bahwa sejarah patung kuda berawal saat dilakukan pemugaran dan perluasan pura pada tahun 1968, di mana ditemukan gedokan jaran atau kandang kuda.
Diceritakan bahwa Raja Dalem Tarukan, yang diyakini sempat tinggal di areal ini, dulunya memiliki satu ekor kuda hitam dengan bulu ekor yang menyentuh tanah. Kuda kesayangan Raja Dalem Tarukan ini bernama Ki Gagak Gore. "Karena ditemukan gedogan jaran dan untuk mengenang bahwa ini dulunya Puri Raja Dalem Tarukan, maka dibuatkan patung kuda beserta palinggih-nya," kata Bambang Nyoman Oka. (Yuliantara/denpost)
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/11/08/372341/Pujawali-di-Pura-Kawitan-Puri...html