Anwar As?ÇÖAdi dalam sambutannya menyoroti kasus konflik rumah tangga yang memerlukan solusi dan menengahi konflik tersebut. Ia juga menyebutkan dampaknya yang sangat mengerikan.
?Ç£Saya kira akan berpengaruh pada pasangan istri. Istilah yang sesuai itu adanya disharmonisasi di tengah masyarakat. Banyak anak yang terlantar kemudian ada orang miskin baru karena perceraian, ?Ç¥ ungkapnya.
As?ÇÖAdi juga berharap dengan ini bisa mengurangi angka perceraian yang terjadi. Menurutnya terdapat peningkatan angka yang berawal dari 10% meningkat menjadi 30%.
?Ç£Minimal bisa mengurangi angka perceraian. Dari 1 tahun saya meneliti 10 tahun angka perceraian dari 10%, sekarang menjadi 30%., ?Ç¥ ungkapnya
?Ç£Saya kira jika BP4 bisa diberdayakan di setiap kabupaten kota, ada penengah-penengah konflik perkawinan yang kemudian bisa diredam. Dan dalam waktu kepengurusan BP4 hingga 2026 mudah-mudahan tidak lagi di ranking kedua perceraian nasional di Jawa Timur ini, ?Ç¥ tambahnya.
As?ÇÖAdi menambahkan bahwa dirinya membaca survei segmentasi di sosmed dan menemukan respon dengan mayoritas menjawab tidak siap untuk menikah
?Ç£Mayoritas itu yang menjawab ibu-ibu. Jadi itu tantangan untuk BP4 memberikan edukasi supaya orang-orang yang akan menikah itu betul-betul punya wawasan rumah tangga yang cukup. Hingga apapun masalah yang datang pada dia, dia bisa mengatasi dengan baik, ?Ç¥ tutupnya
Sementara itu Jazuli menyatakan kasus konflik rumah tangga kerap terjadi karena kesalahpahaman antar pasangan karena handphone.