Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Kamis, 23 November 2023 | 08:20 WIB
Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian (Mentan), menggenjot upaya khusus (Upsus) untuk peningkatan produksi padi dan jagung tahun 2023-2024. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan stok dalam negeri, menekan impor, dan mengembalikan Indonesia ke swasembada pangan.
"Yang pertama kita lakukan adalah percepatan tanam. Harapannya kita dapat meningkatkan produksi, menekan impor di tahun berikutnya, sehingga kita turun ke lapangan untuk memastikan semua yang bisa melakukan tanam sekarang segera kita tanam," kata Mentan, seperti dilansir Antara pada Kamis (23/11/2023).
Amran meminta kepada daerah dan kepala dinas provinsi serta kabupaten untuk segera melakukan percepatan pada lahan-lahan yang saat ini tersedia airnya. Kementerian Pertanian (Kementan) akan mendukung dengan memberikan bantuan bibit, pupuk, mekanisasi pertanian, Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai modal petani, serta pendampingan penyuluhan.
"Untuk menghindari terjadinya kekurangan pangan tahun depan, kita tingkatkan produksi dan dalam dua tahun ke depan, mudah-mudahan bisa impornya kecil. Lalu tahun berikutnya semoga kita bisa swasembada kembali seperti tahun 2017, 2019, dan 2020," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, menyampaikan bahwa pada tahun 2023, pihaknya menargetkan produksi beras sebesar 32 juta ton dan produksi jagung sebanyak 16 juta ton. Sementara itu, di tahun 2024, produksi beras ditargetkan mencapai 34 juta ton dan jagung 18 juta ton.
Untuk mencapai target ini, Kementan mengalokasikan bantuan Program Upsus akselerasi produksi tahun 2024 untuk padi seluas 2 juta hektare dan jagung sebesar 2,1 juta hektare. Di Provinsi Jawa Timur, target untuk padi adalah 335 ribu hektare dan jagung 171 ribu hektare.
Program Upsus peningkatan produksi padi dilakukan melalui mekanisasi percepatan tanam, penggunaan benih unggul, peningkatan penggunaan pupuk non-subsidi atau hayati, serta perbaikan pengelolaan tata kelola air irigasi.
"Selanjutnya, kami akan meningkatkan bimbingan teknis dan frekuensi penyuluhan, penerapan teknologi budidaya dan integrated farming, penerapan jeda waktu panen ke tanam maksimal 15 hari, mempermudah akses KUR untuk modal dan mekanisasi, serta menjalin kemitraan dengan off taker," kata Suwandi.