Presiden Jokowi menekankan bahwa Amerika adalah negara besar dengan pengaruh yang signifikan terhadap negara lain. Ia menyatakan, "Ekspor Indonesia saat ini ke AS juga sangat besar. Oleh sebab itu, ruang harus dibuka lebar-lebar untuk membuka kerja sama, baik dalam perdagangan, ekonomi, investasi, mineral kritis, dan transisi energi."
Sebagai negara yang kaya akan mineral kritis dan potensi energi hijau, Indonesia dapat menjadi mitra strategis bagi AS. Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, serta menempati posisi kedua dalam cadangan timah. Menurut data, cadangan nikel di Indonesia mencapai 52% dari total cadangan nikel dunia, setara dengan 72 juta ton dari total 139.419.000 ton. Produksi nikel Indonesia juga menempati peringkat pertama di dunia, dengan produksi mencapai 1 juta ton, jauh melebihi Filipina (370 ribu ton) dan Rusia (250 ribu ton).
Dalam hal sumber daya bijih nikel, Indonesia memiliki 8,26 miliar ton dengan kadar nikel antara 1% hingga 2,5%. Rinciannya, terdapat 4,33 miliar ton dengan kadar kurang dari 1,7% dan 3,93 miliar ton dengan kadar lebih dari 1,7%.
Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi energi hijau sebesar 3.600 megawatt, yang dapat digunakan untuk memproduksi produk-produk hijau dan mendukung ekonomi hijau. "Semua itu bisa dikembangkan dan berkontribusi bagi kebaikan Indonesia, Amerika, dan dunia," paparnya.
Selain di Georgetown University, Presiden Jokowi juga memberikan kuliah umum di Stanford University, di mana ia mengundang mahasiswa untuk berkunjung ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sumber asli: https://nikel.co.id/2023/11/16/presiden-jokowi-kaya-mineral-kritis-dan-green-energy-indonesia-dapat-menjadi-mitra-as/