Menurut data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi kanker payudara di Indonesia rata-rata terjadi pada usia 47 tahun. Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalami kanker payudara, terutama dalam kasus non-palpable breast cancer, yang tidak menunjukkan benjolan dan hanya terdeteksi melalui pemeriksaan mamografi atau USG.
Dr. Denni juga mengklarifikasi beberapa mitos terkait kanker payudara, seperti anggapan bahwa kanker ini tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan. Ia menjelaskan bahwa hanya sekitar lima persen kasus kanker payudara yang disebabkan oleh faktor genetik, sementara sebagian besar adalah sporadik. Selain itu, kebiasaan seperti menyimpan smartphone di dekat payudara, penggunaan bra berkawat, dan penggunaan deodoran tidak terbukti sebagai penyebab kanker payudara.
Waktu yang ideal untuk melakukan deteksi dini melalui SADARI adalah beberapa hari setelah menstruasi, ketika kondisi payudara masih normal. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara bercermin atau saat mandi, menggunakan tiga jari untuk merasakan adanya benjolan atau perubahan tekstur pada payudara.
Sumber asli: https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2023/pria-dan-wanita-memiliki-risiko-terkena-kanker-payudara/