Namun kebanggaan Presiden Jokowi itu disambut dengan kritikan tajam oleh Ekonom Senior, Faisal Basri, yang menilai hilirisasi nikel lebih banyak menguntungkan China, dikutip lamanfaisalbasri.com, Minggu, (13/8/2023).
Tudingan itu disampaikan Faisal dalam Kajian Tengah Tahun INDEF bertemakan Menolak Kutukan Deindustrialisasi.
Melalui blog pribadinya, Jumat (11/8), Faisal menilai angka-angka terkait kenaikan nilai tambah ekspor dari Rp17 triliun ke Rp510 triliun berkat hilirisasi nikel yang disampaikan Jokowi tidak jelas sumbernya.
?Ç£Angka-angka yang disampaikan Presiden tidak jelas sumber dan hitung-hitungannya. Presiden hendak meyakinkan bahwa kebijakan hilirisasi nikel amat menguntungkan Indonesia dan tidak benar tuduhan bahwa sebagian besar kebijakan hilirisasi dinikmati oleh China,?Ç¥ ujar Faisal dalam unggahan blog tersebut.
Faisal mengakui hilirisasi membuat nilai tambah produk ekspor melonjak. Namun, angkanya tak sebesar yang disampaikan Jokowi.
Mengutip data dari keterangan resmi pemerintah dan pelaku bisnis terkait, Faisal menerangkan nilai ekspor bijih nikel (kode HS 2604) hanya Rp1 triliun pada 2014. Angka itu berasal dari ekspor senilai US$85,913 juta dikalikan rerata nilai tukar rupiah pada tahun yang sama yaitu Rp11,865 per dolar AS.
Sumber asli: https://nikel.co.id/2023/08/14/punggawa-kemenko-marves-jawab-kritikan-faisal-basri-sesat-berfikir-hilirisasi/