Berdasarkan data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber daya nikel dengan kadar nikel lebih dari 1,7% atau saprolit mencapai 3,93 miliar ton, lebih rendah dibandingkan sumber daya bijih nikel kadar rendah atau limonit kurang dari 1,7% mencapai 4,33 miliar ton.
Saat ini pemerintah mulai mencermati perkembangan saprolit yang dari waktu ke waktu terus ditambang untuk bahan baku industri, sehingga semakin lama cadangannya pun semakin berkurang.
Hal ini harus diantisipasi secepat mungkin karena sudah terlalu banyak smelter RKEF yang memakan saprolit untuk diolah di antaranya menjadi NPI, ferronikel, dan nickel matte. Bila tidak, maka Indonesia dalam waktu beberapa tahun akan kehabisan cadangan saprolit.
Dari data yang dikutip dalam laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia diperkirakan memiliki cadangan nikel sebanyak 21 juta metrik ton pada 2022. Jumlah itu setara dengan Australia pada periode tersebut. Ini artinya, Indonesia dan Australia masing-masing menyumbang 21% dari total cadangan nikel global sepanjang tahun lalu.
Sumber asli: https://nikel.co.id/2023/06/06/ramalan-devisit-cadangan-nikel-saprolit-dan-urgensi-moratorium-smelter-saprolit/