Ia juga sempat merekam aksi gantung diri tersebut di?áponselnya dengan durasi 17 menit. Kejadian?áini menambah rangkaian peristiwa tragis yang?ámelibatkan kejahatan cyber. Bagaimana kita?ámenyikapi fenomena ini?
Penyebaran foto-foto telanjang para remaja di?ámedia sosial dengan sejumlah kasus bunuh diri?áyang berkaitan dengannya, telah meningkatkan?ákeprihatinan masyarakat dalam beberapa tahun?ábelakangan ini. Fenomena tersebut secara umum?ádikenal sebagai pornografi balas dendam (revenge?áporn) atau pelecehan seksual berdasarkan citra/
gambar (Image-based sexual abuse) yang dilakukan dengan cara menyebarkan foto atau video?ápribadi tanpa sepengetahuan atau seizin yang?ábersangkutan.
Menurut kajian National Sexual Violence Resource Center (NSVRC) yang berkantor pusat di?áEnola, Pennsilvania, US, satu di antara lima orang?áremaja di dunia, telah menjadi korban kekerasan?ádigital yang juga dikenal sebagai kejahatan cyber?á(cyber crimes). Kejahatan itu mencakup penyebaran foto atau video telanjang, intimidasi dan pemerasan. NSVRC juga menandaskan, dampak?ájangka panjang terhadap para remaja yang menjadi korban kejahatan cyber sangat serius.
Baca juga:
Masa Depan Birokrasi
Selain?áberpikir untuk bunuh diri, korban juga mengalami?ádepresi, kecemasan, kehilangan harga diri, dan?ákepercayaan terhadap orang lain, juga PTSD?á(post-traumatic stress disorder) atau gangguan?ástres pascatrauma.?áDunia mengenal kasus bunuh diri dari seorang?áremaja 15 tahun bernama Amanda Todd, asal?áCanada, pada 2012. Gadis itu melakukan bunuh?ádiri sebulan setelah ia menjelaskan secara online?átentang bagaimana ia mengalami kekerasan dan?ápemerasan gegara foto telanjangnya tersebar di?áwahana sosial Facebook.
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/11/02/371428/Remaja-dan-Kejahatan-Cyber.html