Penulis menekankan bahwa meskipun ada penolakan terhadap teori sosial ini, banyak orang tetap merasakan manfaat emosional dari kebiasaan tersebut. Dalam konteks percintaan, penulis menyatakan bahwa hubungan antara dua insan tidak hanya terletak pada kebiasaan merokok, tetapi pada kedalaman perasaan dan prinsip yang mendasari hubungan tersebut.
Ibarat bunga mawar, penulis mengibaratkan bahwa daya tarik sejati terletak pada keharuman yang dihasilkan, bukan hanya pada penampilan luar. Hal ini mengarah pada kesimpulan bahwa kualitas—baik dalam ilmu, karakter, spiritualitas, maupun wawasan—adalah inti dari hubungan yang bermakna. Kualitas ini menjadi dasar visi dan misi hidup seseorang, yang pada gilirannya membentuk karakter dan integritas mereka.
Dengan demikian, tulisan ini mengajak pembaca untuk merenungkan lebih dalam tentang nilai-nilai yang mendasari interaksi sosial dan hubungan antar manusia, serta pentingnya kualitas dalam setiap aspek kehidupan.
Sumber asli: https://kendariinfo.com/rokok-dalam-kontroversi-kiri/