Rizal menjelaskan bahwa sebagian besar smelter tersebut memiliki izin dari Kementerian Perindustrian, dengan total 102 unit, sementara 9 unit lainnya merupakan IUP dari Kementerian ESDM. Smelter yang beroperasi dengan teknologi pirometalurgi (RKEF) saat ini memiliki kapasitas input sekitar 91 juta ton bijih nikel. Dengan tambahan smelter yang sedang dibangun dan direncanakan, kebutuhan input bijih nikel diperkirakan mencapai 128,5 juta ton, sehingga totalnya menjadi 219,5 juta ton.
Namun, Rizal memperingatkan bahwa jika tidak ada upaya eksplorasi, cadangan bijih nikel berkadar tinggi (>1.7% Ni) diperkirakan akan habis dalam 11 tahun. Untuk memperpanjang cadangan nikel, ia menyarankan beberapa langkah, termasuk mempercepat lelang wilayah untuk area green field, melakukan eksplorasi lanjutan, menurunkan kadar nikel untuk teknologi RKEF menjadi 1.5% Ni, serta meningkatkan recovery mining dan konservasi. Ia juga menyebutkan kemungkinan moratorium pembangunan smelter dengan teknologi pirometalurgi yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah.
Sumber asli: https://nikel.co.id/2023/10/16/saat-ini-sudah-ada-37-smelter-beroperasi-di-indonesia/