semuanya.
Sangat tergantung pada tingkat pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan level kerohanian umat. Idealnya memang dapat dilaksanakan, tak ubahnya seperti anak tangga pendakian spiritual. Mulai dari jalan karma, praktiknya tergolong mudah bahkan murah.dan bersifat alamiah yang seringkali dilakukan lewat kegiatan ngayah (kerja tanpa upah). Meningkat ke jalan bhakti, umumnya diwujudkan dalam bentuk sembah.
Kedua jalan ini (karma dan bhakti) seolah sudah menjadi satu paket lumrah yang tak?ádapat dipisah pelaksanaannya. Apa yang namanya ngayah sekaligus dianggap sebagai bukti sembah. Artinya, hanya dengan ngayah umat sudah merasa melakukan sembah (bhakti)
kehadapan-Nya. Beranjak ke tingkatan ?Ç£Jnana?Ç¥, sebagai penuntun jalan ?Ç£melajah?Ç¥, meski umat kurang begitu bergairah membelajarkan diri.
Apalagi masih kental pengaruh gugon tuwon anak mule keto, menjadikan proses malajahang raga nyaris tak mendapat ruang dan waktu. Belum lagi jika merujuk implementasi Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, tampak sekali praktik keagamaan umat Hindu lebih mengedepankan urusan Acara dengan upacara dan upakara yadnya-nya.
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/05/20/339918/Saraswati,dari-Ritual-Menuju-Intelektual.html