SDM dan Indonesia Emas 2045

Wilayah
Bali
Kategori
Opini
Penulis
Tidak diketahui
Tanggal
2023-10-25
Views
0

Mewujudkan?áIndonesia Emas 2045, yaitu Indonesia maju, sebagai 5 besar kekuatan ekonomi dunia, dengan nominal PDB sebesar USD 9.100 miliar, PDB per kapita USD 30.000 per tahun dan angka kemiskinan 0,5-0,8 persen dalam waktu 20 tahun ke depan, sungguh tidak mudah. Tiga acuan pencapaiannya: stabilitas, keberlanjutan dan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya mencakup jumlah tetapi juga kualitas.

Dalam kurun sepuluh tahun terakhir, Indonesia sudah mencapai kemajuan signifikan di beberapa bidang. Bahkan sebagai negara bangsa, secara politik Indonesia telah mampu membangun kepercayaan dan respek global. Namun, beberapa bidang lain, sekalipun menunjukkan kemajuan, masih tertinggal dibandingkan capaian negara-negara lain. Presiden Jokowi sering mengingatkan bahwa melangkah maju saja tidak cukup, diperlukan lompatan-lompatan untuk mengejar ketertinggalan ini.

Korupsi dan Karakter SDM Indonesia

Modal utama untuk menuju Indonesia Emas 2045 adalah bonus demografi. Puncak bonus demografi diperkirakan terjadi tahun 2030, dimana 68,03 persen dari total penduduk adalah penduduk usia produktif. Sebuah peluang yang sangat baik yang tidak akan terulang. Persoalan Indonesia hari ini adalah kualitas SDM dan korupsi akut dan masif. Sementara, sebagaimana disimpulkan Kimberly Anna Elliot, korupsi menurunkan pertumbuhan ekonomi (Korupsi dan Ekonomi Dunia, 1999). Kata Almarhum Bapak Ciputra, Indonesia tidak maju bukan karena orang-orangnya bodoh, tetapi karena kurang serius dalam bekerja.

Baca juga:

Pilkada, Antara Ekonomi, Politik, dan Kesehatan

Sementara Rhenald Kasali pernah menyampaikan bahwa Indonesia tidak kekurangan orang pinter, tetapi memiliki sedikit orang bertanggung jawab, dan lebih sedikit lagi orang jujur. Walaupun menuai kontroversi, hampir setengah abad lalu, Mochtar Lubis, disamping ciri positif, mengungkapkan beberapa ciri negatif manusia Indonesia, antara lain: munafik, segan dan enggan bertanggung jawab, jiwa feodal, percaya takhyul, berkarakter lemah/kurang kuat, lebih suka tidak bekerja keras, cepat iri hati, gampang senang dan bangga.

Ungkapan ke tiga tokoh tersebut menggambarkan persoalan karakter dan mental manusia Indonesia. Bila dicermati, karakter-karakter ini mempunyai benang merah dengan tumbuh suburnya perilaku koruptif yang memiskinkan Indonesia. Jika korupsi berarti kebusukan atau pembusukan kemanusiaan, maka moralitas penting menjadi panduannya (Andang L. Binawan dalam Korupsi Kemanusiaan, 2006).

Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/10/25/370024/SDM-dan-Indonesia-Emas-2045.html

Tags: negara indonesia korupsi sdm mental