Kepala Sekolah SDN 2 Sukadana, Ni Luh Sudani, menuturkan bahwa sebelum kejadian nahas itu, Wikrama bersekolah seperti biasa. Namun, ia meminta izin pulang karena akan melakukan persembahyangan di Bangli. "Dia tidak ikut sembahyang bersama. Dia memberanikan diri untuk meminta izin mau permisi karena akan sembahyang. Dia pamitan dengan guru agama sekaligus cium tangan, tapi anehnya hanya satu guru saja yang disalami, sementara guru yang lain tidak," ucapnya.
Sudani juga menyampaikan bahwa sehari setelah kejadian, para siswa kelas IV tidak mau memasuki ruang kelas. Setelah diajak doa bersama, barulah mereka mau masuk kelas. "Di ruang kelas IV sempat tercium bau tidak sedap. Bau itu berasal dari tempat duduk Wikrama. Jadi, kami memprediksi bahwa dia masih berada di sekolah ini," ujarnya.
Sebelumnya, kecelakaan maut terjadi di tanjakan Bangbang, tepatnya di jalur yang merupakan penghubung Nongan dengan Bangli, pada Kamis sore. Sebuah minibus dengan nomor polisi DK 7075 SY yang mengangkut 15 orang pemedek dari Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, mengalami rem blong.
Akibat kecelakaan tersebut, enam orang meninggal dunia, yaitu I Komang Wikrama Yogi Arta (9), Ni Luh Kantun (60), I Gede Sili, Ni Nyoman Ayu, I Ketut Mangku, dan Ni Made Riati. Sementara itu, lima orang mengalami luka berat, yaitu I Komang Suana Adi Purwa, Ni Luh Suari, Ni Luh Suci, Ketut Winarta Purwa, dan Ni Nengah Buda. Korban luka ringan sebanyak empat orang, yakni Ni Kadek Dwi Ratpini, I Nyoman Dayuh, Ni Kadek Winda Ristayani, dan I Gede Dana. (Eka Parananda/balipost)
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/11/17/373991/SDN-2-Sukadana-Berduka,Seorang...html