Penulis: Gilang Akbar Prambadi, Jurnalis Republika
Penulis mengenang final Euro 2004 saat ia masih SMP, di mana ia meremehkan Yunani karena gaya bermainnya yang tidak atraktif. Namun, Yunani justru keluar sebagai juara, mengalahkan Portugal dengan skor 1-0. Kenangan ini kembali teringat saat melihat kemenangan Maroko atas Spanyol di babak 16 besar Piala Dunia 2022 melalui adu penalti, dalam laga yang dianggap membosankan karena minim tembakan ke gawang.
Gaya main bertahan Maroko, seperti Yunani 2004, menunjukkan bahwa penguasaan bola bukan segalanya. Sejak awal turnamen, Maroko bermain dengan penguasaan bola rendah namun efektif:
Lawan Kroasia (0-0): 35%
Lawan Belgia (2-0): 35%
Lawan Kanada (2-1): 41%
Kini Maroko mencapai perempat final Piala Dunia untuk pertama kalinya dan berpotensi menyingkirkan Portugal. Jika berhasil, mereka akan melampaui pencapaian negara Afrika lain seperti Senegal, Ghana, dan Kamerun.
Kemenangan Maroko bisa menjadi inspirasi besar, terutama menjelang Piala Dunia 2026 yang akan diikuti 48 negara, dengan Asia mendapatkan kuota 8 tim. Ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia, terlebih dengan kepemimpinan pelatih Shin Tae-yong yang terus membina Skuad Garuda.
Kesimpulan: Maroko membuktikan bahwa disiplin dan strategi bisa mengalahkan dominasi. Jika Maroko bisa juara, maka Indonesia pun bisa bermimpi tampil di Piala Dunia.
Sumber asli: https://republika.co.id/berita//rmj62x318/sudah-mulai-berani-membayangkan-maroko-juara-piala-dunia-2022