Utarini menjelaskan bahwa nyamuk yang menjadi vektor JE adalah jenis Culex, yang berbeda dengan nyamuk Aedes aegypti yang terlibat dalam penularan demam berdarah dengue. "Ternyata Japanese Encephalitis (JE) ini nyamuknya berbeda (Culex) dan penyakitnya juga berbeda. Tidak ada kaitannya dengan teknologi Wolbachia," ungkapnya.
Pernyataan ini muncul setelah adanya kebingungan di media sosial yang mengaitkan nyamuk ber-Wolbachia dengan kemungkinan penyebab JE. Utarini menegaskan bahwa teknologi Wolbachia yang diterapkan untuk mengendalikan penularan demam berdarah dengue tidak berhubungan dengan kejadian filariasis atau penyakit kaki gajah, karena jenis Wolbachia yang ada pada cacing penyebab filariasis berbeda dengan yang ada pada nyamuk Aedes aegypti.
Dr. Riris Andono Ahmad, BMedSc, MPH, PhD, juga menambahkan bahwa Aedes aegypti hanya dapat menularkan empat penyakit, yaitu dengue, zika, chikungunya, dan yellow fever (demam kuning). Ia menekankan bahwa penyakit lain yang ditularkan oleh vektor nyamuk yang berbeda tidak akan dipengaruhi oleh vektor yang bukan perantaranya. "Aedes Aegypti hanya bisa menularkan empat penyakit, tetapi jika penyakit lain disebarkan oleh vektor nyamuk yang lain, tinggi rendahnya kejadian penyakit tersebut tidak akan dipengaruhi oleh vektor yang bukan perantaranya," jelas Riris.
Diskusi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai peran bakteri Wolbachia dalam pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, serta untuk mengklarifikasi kesalahpahaman yang mungkin ada di masyarakat.
Sumber asli: https://www.balipost.com/news/2023/11/20/374418/Tak-Ada-Kaitan-Antara-Radang...html