Program ini sejalan dengan visi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang ingin menjadikan Surabaya sebagai Kota Global, Maju, Humanis, dan Berkelanjutan. Surabaya pun bekerja sama dengan Unicef untuk mendaftarkan kota ini sebagai anggota Child-Friendly City Initiative (CFCI) atau Kota Layak Anak Dunia.
SMP Santa Maria Surabaya contohnya mengadakan pelatihan Online Child Sexual Exploitation and Abuse (OCSEA) sebagai upaya pencegahan kekerasan di ranah daring. Kegiatan ini bertujuan agar siswa lebih mampu melindungi diri saat berinteraksi di dunia maya dan bijak menggunakan media sosial. Arie menyampaikan bahwa 95 persen anak usia 12-17 tahun di Indonesia mengakses internet minimal dua kali sehari, namun internet juga menyimpan risiko seperti konten dewasa dan pengiriman data pribadi ke orang asing. Oleh karena itu, literasi digital sangat penting.
Arie juga mengapresiasi video anti-bullying yang dibuat siswa SMP Santa Maria, yang menekankan dampak fatal bullying. Menurutnya, kemampuan anak-anak membuat konten positif akan membuat internet lebih aman dan positif.
Cristina Setia Ningrum dari Unicef menambahkan bahwa anak muda sebagai digital native memiliki peran penting dalam mencegah eksploitasi dan penyalahgunaan seksual anak di ranah daring dengan energi dan kreativitas mereka. Ia juga menyebut peran penting sekolah swasta yang memiliki kebebasan lebih dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan dan humanis, sehingga dapat mendukung Surabaya menjadi kota dunia yang layak untuk semua anak.