Latar Belakang Perpecahan Kadin:
Perpecahan Kadin Indonesia bermula pada 2013, dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kinerja Kadin pusat yang dianggap gagal dalam membina dan mengembangkan UMKM, padahal amanat UU No. 1 Tahun 1987 mengharuskan Kadin memprioritaskan sektor tersebut.
Munaslub dan Kepemimpinan Baru:
Dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa, Rizal Ramli dipilih sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia, dan Oesman Sapta sebagai Ketua Dewan Pertimbangan.
Setelah Rizal Ramli masuk kabinet, Eddy Ganefo dipilih secara aklamasi sebagai penggantinya.
Fokus Kepemimpinan Eddy Ganefo:
Sejak menjabat, Eddy Ganefo konsisten memfokuskan Kadin pada pembinaan UMKM, bahkan saat pandemi Covid-19.
Programnya mendapat apresiasi luas, termasuk dari komunitas UMKM Naik Kelas di 34 provinsi.
Kekhawatiran atas Penggabungan Kadin:
Terpilihnya Arsyad Rasyid sebagai Ketua Umum Kadin versi lain memunculkan wacana penyatuan kembali Kadin.
Banyak pelaku UMKM merasa khawatir bahwa jika Kadin kembali satu, fokus pembinaan UMKM akan terabaikan dan Kadin kembali hanya mengakomodir kepentingan usaha besar.
Sikap Komunitas UMKM Naik Kelas:
Menolak wacana penyatuan Kadin.
Mendukung agar tetap ada dua Kadin, salah satunya khusus fokus pada UMKM.
Menyebut beberapa negara seperti Jepang sukses karena memiliki lebih dari satu Kadin.
Harapan untuk Pemerintah:
Presiden RI diminta untuk mengambil keputusan bijak terkait dualisme Kadin, dengan pembagian tugas yang jelas.
Ditekankan pentingnya mendorong tumbuhnya 500 ribu pelaku usaha besar menuju Indonesia Emas 2045.
Kesimpulan:
Komunitas UMKM menyatakan dukungan penuh kepada Eddy Ganefo sebagai figur pembina UMKM yang konsisten, dan berharap keberadaan Kadin khusus UMKM tetap dipertahankan demi keseimbangan dan kemajuan ekonomi nasional.
Sumber asli: https://radarbangsa.co.id/wacana-penggabungan-kadin-berkah-atau-bencana-bagi-umkm-indonesia/