Dalam pertemuan tersebut, Reny menyatakan bahwa tujuan utama adalah untuk mengendalikan inflasi di Kota Palu, terutama di tengah dampak El Nino yang menyebabkan kenaikan harga beberapa komoditas pangan strategis, seperti beras, gula, ikan, tomat, dan cabai. "Kalau pasokannya kurang, pasti harganya naik. Atau barangnya memang tidak ada di pasaran," ujarnya.
Berdasarkan data dari BPS Kota Palu, inflasi Year on Year (YoY) pada bulan Oktober 2023 tercatat sebesar 2,27 persen dengan Indeks Harga Konsumen 117,58. Kenaikan inflasi ini disebabkan oleh peningkatan harga di sebagian besar kelompok pengeluaran, terutama kelompok makanan, minuman, dan tembakau (6,6 persen).
Reny menekankan pentingnya kolaborasi antara TPID dan stakeholder lainnya untuk menekan laju inflasi. Langkah strategis yang diambil termasuk pengawasan harga dan stok barang kebutuhan pokok, pengawasan gudang stok bahan pangan, serta pelaksanaan Pasar Murah subsidi di delapan kecamatan se-Kota Palu. Pasar Murah ini ditujukan untuk masyarakat yang memiliki Kartu PKH/Kartu Keluarga Sejahtera/Keterangan Tidak Mampu, dengan potongan harga sebesar Rp5 ribu per kilogram untuk setiap komoditas pangan strategis.
Selain itu, terdapat intervensi penyaluran beras bantuan pangan, di mana pada tahap I (April – Juni) sebanyak 599.130 kg telah disalurkan kepada 59.913 Kepala Keluarga Penerima Bantuan Pangan, dan pada tahap II (September – November) sebanyak 1.224.540 kg telah disalurkan kepada 122.454 Kepala Keluarga Penerima Bantuan Pangan.
"Kami optimis, kondisi inflasi daerah hingga Desember nanti dalam koridor baik, karena berbagai program telah diintervensi," tambah Wakil Wali Kota Reny.