Eri mengungkapkan bahwa selama masa pandemi COVID-19, pembinaan terhadap masyarakat dilakukan secara bertahap, dengan keyakinan bahwa peningkatan pekerjaan dapat mengurangi angka kemiskinan, termasuk stunting. Ia mencatat bahwa angka stunting di Surabaya turun dari 28,5% pada tahun 2021 menjadi 4,8% pada tahun 2022, yang merupakan angka terendah di Indonesia.
Menurut Eri, penurunan angka stunting ini bukan hanya hasil kerja pemerintah, tetapi juga berkat antusiasme warga Surabaya untuk bangkit dari keterpurukan. Ia mengutip perkataan Bung Karno dan Bung Toemo, menekankan pentingnya perjuangan bersama dalam mengatasi masalah ini.
Eri juga menyampaikan bahwa pihak kejaksaan dan kepolisian turut berkontribusi dalam penanganan stunting, termasuk dengan membagikan susu kepada anak-anak. Ia menambahkan bahwa para pengusaha di Surabaya berperan sebagai orang tua asuh untuk mengatasi kemiskinan ekstrem.
Di sisi lain, Eri mengungkapkan bahwa UMKM di Surabaya telah mulai bertransisi ke teknologi digital, dengan belanja UMKM mencapai 90,7 miliar hingga akhir 2023. Namun, ia mencatat masih ada ASN di Surabaya yang enggan menggunakan produk UMKM, meskipun mereka mendukung penurunan angka stunting melalui pengembangan sektor ini.
Eri menegaskan pentingnya menggunakan produk lokal dan mengajak semua pihak untuk mendukung UMKM. Ia menyayangkan sikap beberapa ASN yang merasa gengsi menggunakan produk UMKM, dan berkomitmen untuk memastikan pelaku UMKM mendapatkan omzet di atas 5 juta per bulan.
Dalam wawancara dengan wartawan, Eri berharap kolaborasi antara kabupaten dan kota dapat mengembangkan dan memajukan UMKM. Ia menargetkan angka stunting di Surabaya harus lebih kecil dari saat ini, dengan target 0% stunting dan kemiskinan di bawah 2% pada tahun 2024. "Insya Allah, kita bisa berhasil," tutupnya.
Sumber asli: https://surabayaonline.co/2023/11/11/walikota-surabaya-akui-pengembangan-umkm-dapat-atasi-stunting/